Share Up To 110 % - 10% Affiliate Program
Home » » Makna Sumpah Pemuda

Makna Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda adalah bukti otentik bahwa tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karena itu sudah seharusnya segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 28 Oktober 1928, di jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat telah lahir sebuah gagasan besar yang seharusnya telah membentuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik saat ini. Saat itu, sebuah pertemuan yang dinamakan Kongres Pemuda II digelar. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan-perwakilan tiap daerah dan dari berbagai latar belakang golongan yang berbeda-beda dengan alasan yang sangat mendasar karena untuk memenuhi kebutuhan saat itu. Ada Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Para pemuda itu kemudian menyetujui dan mengikrarkan Sumpah Pemuda. Sebuah pengakuan tentang persatuan dalam keberagaman. Mereka adalah Soegondo, M Yamin, Amir Syarifuddin, Senduk, Johanes Leimena, Djoko Marsaid, Djohan Mohammad, Katja Soengkana, W.R. Supratman dan lain-lain sebagai perwakilan dari tiap kelompoknya. Ditamabah pengamat dari pemuda Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie. Dalam kongres ini pula lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan oleh W. R. Supratman di depan banyak orang peserta kongres.

Peristiwa lahirnya Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II inilah yang kemudian menjadi momentum yang sangat menentukan kebangsaan Indonesia sekaligus menjadi ancaman terbesar bagi kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia saat itu. Dan disinilah timbul dorongan yang lebih pasti dan jelas akan nasionalisme ke-Indonesia-an yang telah didengung-dengungkan sebelumnya sejak awal-awal abad ke XX. Jika kemudian ditelisik lebih jauh, ada perubahan cara pandang yang timbul dari kesadaran kaum muda khususnya kaum terpelajar tentang kehidupan sebuah bangsa. Perubahan cara pandang itulah yang menjadi pemicu munculnya pemikiran-pemikiran untuk membentuk sebuah bangsa yang bebas menentukan nasibnya sendiri. Dan dari situlah lahir gerakan-gerakan kaum muda bersemangat nasionalisme dalam rangka merebut kebebasannya dari para penjajah. Namun, satu yang telah mereka sadari bahwa semua itu harus digapai melalui sebuah persatuan tekad dan kerja seluruh daerah, suku, golongan se-antero nusantara.

Belajar dari Sumpah Pemuda, ada catatan sejarah yang sangat berharga di dalamnya. Butir-butir dalam Sumpah Pemuda itu tidak hanya semata-mata disusun untuk menjadi hasil yang membantu kaum muda menjawab kebutuhan kemerdekaan dari penjajahan saat itu. Melainkan lebih dari itu, Sumpah Pemuda telah menjadi spirit yang terus terpatri dalam hati sanubari para pemuda itu. Suatu spirit yang dibangun atas dasar kesamaan nasib dan cita-cita. Yang kemudian dibungkus dengan komitmen untuk senasib sepenanggungan sebagai satu bangsa, satu tanah air yang pertama-tama ditandai dengan disepakatinya bahasa universal antar bangsa, bahasa Indonesia.

Dari catatan sejarah inilah kita seharusnya lebih memahami dasar fundamental berdirinya bangsa Indonesia. Suatu bangsa yang dibangun di atas dasar sebuah keinginan yang kuat. Segenap bangsa saat itu telah memutuskan untuk bersama-sama dan bekerjasama dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depan dengan tanpa ada batasan waktu tertentu. Itulah Indonesia yang autentik. Yang masyarakatnya memeliki pandangan lurus ke arah cita-cita bangsa-bangsa yang mengahargai dan berkomitmen menjaga persatuan dalam perbedaan. Karena semua itu diletakan pada kesadaran penuh bahwa pada dasarnya perbedaan latar belakang agama, budaya, ras, golongan bukanlah suatu penghalang dalam mencapai sebuah persatuan cita-cita yang didasarkan pada penghargaan terhadap kemanusiaan.

Sampai saat ini pun, setelah 84 tahun diikrarkanya Sumpah Pemuda, semangat dan maknanya semakin pudar ditelan zaman. Cita-cita ke-Indonesia-an hanyalah sebatas formalitas belaka dalam poin-poin dan pasal-pasal yang kehilangan roh. Kenyataan membuktikan bahwa tidak hanya komitmen berbangsa senasib-sepenanggungan yang diingkari. Lebih dari itu, sesama masyarakat bangsa Indonesia bahkan sampai saling mengorbankan satu dengan yang lain demi kepentingan masing-masing. Lalu dimanakah semangat satu bangsa itu? Dimanakah semangat satu tanah air itu? Dimanakah semangat satu bahasa yang menjadi bukti nyata tanda persatuan itu?

Memang ya, ada sesuatu yang hilang dari bangsa ini. Sesuatu yang sangat mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika kemudian kenyataan-kenyataan pengingkaran terhadap semangat dasar bangsa Indonesia itu terus bertumbuh subur, maka cepat atau lambat kita harus berani berkata bahwa bangsa dan negara yang kita tinggali saat ini bukanlah bangsa dan negara Indonesia yang sebenarnya kita maksudkan. Karena bangsa dan negara Indonesia adalah sebuah bangsa yang dilandasi semangat senasib-sepenanggungan di antara semua masyarakatnya tanpa terkecuali. Sehingga setiap tantangan dan masalah seharusnya adalah tantangan dan masalah bersama yang semestinya dipecahkan secara bersama-sama pula. Tanpa melukai satu sama lain. Apalagi dengan motif kepentingan individu atau golongan tertentu.












 
Berikut isi "Sumpah Pemuda":

SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928

Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928 1928.
Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :
  1. Abdul Muthalib Sangadji
  2. Purnama Wulan
  3. Abdul Rachman
  4. Raden Soeharto
  5. Abu Hanifah
  6. Raden Soekamso
  7. Adnan Kapau Gani
  8. Ramelan
  9. Amir (Dienaren van Indie)
  10. Saerun (Keng Po)
  11. Anta Permana
  12. Sahardjo
  13. Anwari
  14. Sarbini
  15. Arnold Manonutu
  16. Sarmidi Mangunsarkoro
  17. Assaat
  18. Sartono
  19. Bahder Djohan
  20. S.M. Kartosoewirjo
  21. Dali
  22. Setiawan
  23. Darsa
  24. Sigit (Indonesische Studieclub)
  25. Dien Pantouw
  26. Siti Sundari
  27. Djuanda
  28. Sjahpuddin Latif
  29. Dr.Pijper
  30. Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
  31. Emma Puradiredja
  32. Soejono Djoenoed Poeponegoro
  33. Halim
  34. R.M. Djoko Marsaid
  35. Hamami
  36. Soekamto
  37. Jo Tumbuhan
  38. Soekmono
  39. Joesoepadi
  40. Soekowati (Volksraad)
  41. Jos Masdani
  42. Soemanang
  43. Kadir
  44. Soemarto
  45. Karto Menggolo
  46. Soenario (PAPI & INPO)
  47. Kasman Singodimedjo
  48. Soerjadi
  49. Koentjoro Poerbopranoto
  50. Soewadji Prawirohardjo
  51. Martakusuma
  52. Soewirjo
  53. Masmoen Rasid
  54. Soeworo
  55. Mohammad Ali Hanafiah
  56. Suhara
  57. Mohammad Nazif
  58. Sujono (Volksraad)
  59. Mohammad Roem
  60. Sulaeman
  61. Mohammad Tabrani
  62. Suwarni
  63. Mohammad Tamzil
  64. Tjahija
  65. Muhidin (Pasundan)
  66. Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
  67. Mukarno
  68. Wilopo
  69. Muwardi
  70. Wage Rudolf Soepratman
  71. Nona Tumbel
Catatan :
Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu"Indonesia Raya"
gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya.
  1. Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
    di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
    Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
    Kong Liong.
  2. 2. Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
    Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
    yaitu :
    a. Kwee Thiam Hong
    b. Oey Kay Siang
    c. John Lauw Tjoan Hok
    d. Tjio Djien kwie
Sumber

0 komentar:

Posting Komentar