"Aku tidak kuat, tidak cepat, keahlianku juga biasa saja dan aku cuma
pemain bola jalanan," kata pemain Spanyol Xavi Hernandez, pemain sepak
bola paling cerdas dan paling sering dibicarakan selama beberapa tahun
terakhir. "Tanpa kekompakan tim, tanpa ruang gerak, aku bukan
siapa-siapa," imbuhnya.
Xavi memang rendah hati, meski tak ada
yang meragukan kualitasnya sebagai jenderal lapangan tengah. Dia tahu
kemampuannya: mengontrol tempo permainan, mengoper bola dengan ketepatan
yang luar biasa dan bisa membuka ruang untuk rekannya yang lain.
Dia
melakukan semua itu lebih baik dari siapa pun. Dia memimpin tim yang
mendominasi sepak bola Eropa dan dunia. Xavi adalah dibillang salah satu
produk dari sistem total football Belanda yang ditanamkan di Barcelona
oleh Johann Cruyff.
"Kami hidup di masa sekarang, tapi Xavi hidup
untuk masa depan," ujar pemain bertahan Brasil Dani Alves ketika
ditanya mengenai rekan satu timnya itu. "Itulah yang dia lakukan. Dia
menunjukkan, pemain dengan badan kecil dan pintar bisa bermain sangat
bagus," lanjutnya.
Josep Guardiola adalah pemain terbaik yang
mengusung paham Cruyff sampai kemudian Xavi datang. "Dia adalah orang
yang akan membuatku pensiun," kata Guardiola setelah melihat permainan
Xavi yang saat itu masih muda.
Buku yang ditulis oleh wartawan
olahraga Artur Hopcroft, yang berjudul “The Total Football Man”
mengatakan bahwa permainan Xavi banyak terpengaruh oleh gaya Belanda.
Xavi
tumbuh menjadi pengumpan terbaik sejak Platini datang dan mengubah
posisinya pada 2007 di bawah arahan Frank Rijkaard. Pelatihnya
menyarankan dirinya untuk maju ke depan 20 meter pada pertandingan dan
dia akan membuat perubahan.
Dia menggunakan kreativitasnya,
visinya dan fleksibilitasnya. Bersama Yaya Toure, Seydou Keita atau
Sergio Busquets di belakang, Xavi menyumbangkan 13 gol liga pada musim
2007-2008 dan 2008-2009. Pada dua musim sebelumnya dia menyumbangkan
total tiga gol.
"Orang-orang awalnya tidak melihat permainanku
secara keseluruhan, lalu aku mulai mencetak gol," ujar Xavi ketika saya
mewawancarainya pada akhir 2009, ketika Barcelona menyabet enam piala
pada semua turnamen yang mereka ikuti.
Wawancara itu seharusnya
berlangsung selama 15 menit, tapi wawancara itu berlangsung menjadi 45
menit saat dirinya ingin terus membicarakan sepak bola, menanyakan
pertanyaan tentang sepak bola Inggris untuk mengisi kekosongannya.
Dia
juga mengatakan bahwa dirinya sangat senang menonton permainan Matt Le
Tissier. Le Tissier sangat tersanjung dan dia memperlihatkan tanggapan
Xavi yang ditulis di majalah itu kepada teman-temannya dan kemudian
membuat kaus yang bertuliskan “Xavi loves me”.
Xavi memenangkan
banyak pertandingan dengan klub dan tim nasional, tapi itu tidak membuat
semangatnya meredup untuk terus bermain bagus.
Dia adalah tipe
orang yang mengatakan sesuatu secara langsung tanpa membutuhkan humas,
agen atau penasihat karena dia tidak butuh pendapatnya ditambah-tambahi.
Dia bukan tipe orang yang blak-blakan, tapi apabila dia memiliki
pendapat dia tidak akan menahannya.
Dia bermain sebanyak 690
kali untuk Barcelona dan menyuguhkan penampilan cerdik dan mungkin bisa
bertambah hingga 700 atau 800 pertandingan.
Saat ini Xavi
berkonsentrasi untuk membantu Spanyol memenangi pertandingan semi final
melawan Portugal. Sementara Portugal berharap bisa mencegah pemain sepak
bola jalanan itu mendominasi lapangan tengah.
Kita tunggu saja.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar